Ini sebenarnya draft topiknya sudah ada di note hp saya. Cuma baru tadi pagi kebuka lagi. Maklum, tenggelam oleh catatan-catatan kecil lainnya. Saya biasa menuliskan hal-hal yang sedang atau akan saya kerjakan di catatan di handphone saya.
Itu sebenarnya 2 hal yang kejadiannya tidak berurutan. Kejadiannya hari Jumat kemarin, pas sholat Jumat.
Tersebut di atas
Di tengah khotbah, khotib berulang kali menyebutkan kata “tersebut di atas”, saya senyum-senyum saja mendengarnya. Saya tahu, beliau tidak menyengaja berkata itu, karena itu berdasarkan teks khotbah yang sudah beliau susun sedemikian rupa.
Sayangnya, beliau melupakan perbedaan antara bahasa tulisan dan bahasa tutur.
Kalimat “tersebut di atas”, akan menjadi benar seandainya diletakkan di sebuah artikel panjang, untuk dibaca. Namun menjadi kurang tepat diucapkan ketika itu di dalam khotbah atau pidato. Akan lebih tepat menggantinya menjadi, “tadi”. Atau, “tersebut tadi.”
Ketika kalimat “tersebut di atas” diucapkan, maka harus ada sesuatu ‘di atas’, agar pendengar mengerti yang dimaksudkan. Entah itu di atas genteng, atau langit-langit. ๐
Hal ini diabaikan karena sudah dianggap “umum”.
Merek Sarung
Kejadian kedua, soal merek sarung. Ini kejadian pas sholat Jumatnya. Saya akan senang sekali seandainya merek sarung ini diletakkan di dalam. Kenapa, kebanyakan kita (termasuk saya) menganggap merek itu adalah “sisi bawah” sarung. Ketika memakainya, saya akan selalu meletakkannya tepat di tengah-tengah bawah, karena kalau saya balik, maka yang tampak di belakang adalah jahitan sarungnya. Atau kalau saya balik sarungnya (maksudnya yang ada mereknya di atas), maka ujud penampakan sarungnya menjadi tidak enak dipandang. Apalagi yang bermotif. Jadi, tetaplah ia ada di tengah-tengah, bawah.
Masalahnya, merek ini terlihat jelas bagi siapapun yang sholat di shaf belakangnya. Dan saya yakin, itu terbaca. Ini sedikit mengganggu kekhusyukan sholat, menurut saya. Sebagai manusia biasa, walau sudah berusaha sekhusyuknya, tetap saja mata saya menangkap tulisan merek itu, dan membacanya dalam hati. Ini di tengah-tengah kita membaca Al Fatihah, atau sedang menunggu imam menyelesaikan surat Al Qur’an yang dibacanya. Jadi akan tercampur dengan bacaan sholat kita. Pun juga dengan kaos atau kemeja yang ada tulisan di punggung.
Tentang ini, saya pernah sholat Maghrib di sebuah masjid. Kebetulan, saya ada di shaf kedua. Dan, tepat di depan saya, ada seorang bapak menggunakan kaos bertuliskan, “Vitacimin”. Walau beliau sudah mengenakan baju koko, tetap saja tulisan di kaos yang dipakainya di dalam itu terlihat jelas. Saya sudah berusaha untuk tidak melihat atau membacanya. Namun… tetap saja. Di tengah surah Al Fatihah yang saya lantunkan, hati saya ada mengucapkan “Vitacimin”…
Astaghfirullah…
Wkwkk..saya ngakak sendiri baca tulisan yang merk sarung itu, walaupun saya enggak solat di masjid karena bapak “,tapi bisa ngebayangin gak khusuk pas solat karena gak sengaja mata ngebaca tulisan di depannya kayak vitacimin tadi๐
Haha.. iya mbak. Semoga pembuat sarung memasang merek mereka di bagian dalam. Jadi tidak mengganggu. Kalo yang ‘Vitacimin’ itu sumpah saya sendiri ga bisa nahan ga mengucap itu dalam hati pas sholat… ๐
Saya agak kerasin bacaan saya, di hati masih ada ‘vitacimin’… astagaa…