Menulis untuk Menuliskan Sejarah Diri

Ya, menulis untuk menuliskan sejarah diri. Kalimat ini tiba-tiba muncul dalam benak saya, saat saya menonton sebuah video dokumenter di Youtube, yang membahas tentang kedaton/keraton kerajaan Majapahit.

Bukan tentang di mana-nya letak sebenar kedaton yang membuat pikiran melayang-layang. Adalah sebuah fakta yang dinarasikan oleh pembuat video ini, bahwa Negarakertagama hanya menuliskan 40% soal bagaimana kerajaan Majapahit itu. Yang 60% masih menjadi misteri, karena tidak tertulis dan banyak yang hilang. Saya berpikir, seandainya Mpu Prapanca memiliki tim untuk menuliskan bagaimana Majapahit saat itu, kita tidak akan bertanya-tanya lagi, di mana letak sebenarnya keraton Majapahit.

Saat ini, banyak yang meyakini bahwa letak kedaton Majapahit ada di Trowulan. Memang situs itu luar biasa. Dengan melihatnya, kita bisa membayangkan kemegahan Majapahit saat itu. Namun, temuan baru di Kumitir, kembali membuat arkeolog semakin yakin bahwa Trowulan bukan kotaraja Majapahit. Hal ini diperkuat dengan tidak adanya unsur Maja, di wilayah itu. Tidak ada tempat bernama maja di daerah itu.

Pararaton menuliskan soal Kumeter. Dan di sebuah tempat yang mirip dengan itu, yaitu Kumitir, ditemukan banyak benda kuno dan bangunan yang diduga talud yang diperkirakan memiliki luas sebesar lapangan sepak bola. Eskavasi besar-besaran dilakukan Agustus 2020 nanti untuk mengetahui seperti apa bentuk situs di situ. Yang jelas merupakan peninggalan Majapahit kalau dilihat dari bahan dan struktur bangunannya. Diduga, Kumitir menjadi tempat suci disemayamkannya 2 raja Majapahit.

Para arkeolog susah untuk memastikan apakah di situ letak keraton Majapahit atau tidak. Pararaton tidak mengungkap secara jelas akan hal itu. Hanya sedikit saja yang dituliskan di sana. Yah.. sekali lagi… seandainya semua tertulis…

Sekali lagi, ini melecut saya untuk mulai menuliskan apa saja. Ya. Apa saja! Kenapa? Karena ini bisa jadi akan menjadi sebuah fakta yang akan digunakan sebagai referensi oleh generasi mendatang, anak cucu kita. Kita dapat menolong mereka untuk mengetahui fakta. Kita ini pelupa. Iya ‘kan?

Ayo Menulis

Menulis untuk Menuliskan Sejarah DiriJadi,saya menanamkan niat dalam diri pribadi saya, untuk mulai lagi menulis. Semoga bisa disiplin. Saya akui, saya ini moody. Pemalas tingkat dewa untuk urusan update tulisan blog. Namun, situs Kumitir memberi pelajaran istimewa, betapa berharganya sebuah tulisan untuk kita.

Ayo menulis…

Menuliskan sejarah diri. Sejarah kita.

Tidak bisa menulis? Susah? Ada Youtube. Dokumentasikan. Isi Youtube dengan beragam hal yang bermanfaat ketimbang reaksi-reaksi un-faedah. Ketimbang membuang waktu anda menonton orang makan.

Ah… sudahlahh…

Share on:

2 pemikiran pada “Menulis untuk Menuliskan Sejarah Diri”

  1. Posting yang bagus. Anda benar, budaya menulis itu perlu untuk mendokumentasikan sejarah. Sayangnya banyak konten pamer makan-makan.

    Note: saya tidak menemukan opsi untuk notifikasi di email jika ada komentar baru di posting yang saya komentari.

    Balas
    • Terima kasih pak. Sayangnya, saya masih harus belajar untuk bisa konsisten menulis. Masih sering malasnya … 🙁
      Untuk notifikasi memang tidak ada di theme yang saya pakai ini pak.

      Terima kasih kunjungannya.

      Balas

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.