Menyalurkan Kemarahan Secara Positif – Bisakah kemarahan disalurkan secara positif? Jawabannya tentu saja, “Tergantung”. Karena ini sangat tergantung pada individu yang mengalami. Apakah ia secara mental kuat menahan amarah untuk disalurkan, ataukah sebaliknya. Kali ini, saya sedikit akan mengulas soal marah ini. Sebuah perasaan yang tadi pagi tiba-tiba muncul. Walaupun keluar di saat yang kurang tepat, karena saya sedang bekerja. Beruntung, saya bisa diam dan menahan diri untuk memikirkan perasaan ini. Alhamdulillah berhasil.
Perasaan marah merupakan sebuah pemberontakan dari dalam diri, ketika mendapatkan sesuatu yang tidak sepantasnya kita terima. Marah dapat dikatakan pula sebagai bentuk ekspresi diri. Greenberg dan Watson menyatakan bahwa emosi marah tidak dapat dikatakan sesuatu ekspresi yang negatif atau positif dalam tingkatan wajar.
Pada dasarnya, meluapkan emosi lebih baik daripada hanya dipendam dalam hati. Emosi yang tidak tersalurkan dengan baik berpotensi menjadi penyebab utama gangguan kesehatan mental. Tapi, meluapkan emosi, terutama amarah, yang salah tempat, bisa-bisa akan mengakibatkan bencana bagi kita.
Itulah kenapa kita perlu memahami perasaan ini. Dengan memahami emosi, kita dapat lebih memahami dampaknya terhadap perilaku dan mengetahui cara untuk mengendalikannya. Perlu diketahui bahwa mengelola emosi itu penting karena akan membuat kita lebih memahami keadaan diri sendiri maupun lingkungan sekitar kita.
Sangat wajar untuk merasa marah dan kecewa, tetapi sebaiknya hal itu tidak dipendam sendirian. Cobalah untuk menerjemahkan perasaan yang tengah dialami, kemudian ceritakan hal tersebut pada seseorang, misalnya pada teman atau orangtua.
Cara Menyalurkan Kemarahan Secara Positif
Tindakan pertama adalah diam
Sekuat apapun keinginana kita untuk ‘meledak’ cobalah tahan 1 menit saja. Lalu, ambil Napas Dalam-Dalam. Keluarkan pelan-pelan.
Dalam hati, katakan ‘Mantra’ (mantra Anda sendiri) yang Menghibur
Mengulangi kalimat yang menenangkan dapat membuat kita lebih mudah mengekspresikan emosi yang sulit, termasuk kemarahan dan frustrasi.
Pikirkan Visualisasi yang Menenangkan
Saat bergulat dengan ketegangan dan amarah, coba pikirkan atau gambarkan di bayangan Anda sesuatu yang baik. Hal ini guna menenangkan tubuh dan otak, contohnya:
Pikirkan tempat nyata atau imajiner yang membuat Anda merasa bahagia, damai, dan aman. Bisa berupa perjalanan berkemah ke pegunungan atau pantai eksotis yang ingin Anda kunjungi suatu hari nanti. Fokus pada detail sensorik dengan membayangkan diri Anda di sana. Apa aroma, pemandangan, dan suaranya?
Peka pada pernapasan Anda dan simpan visualisasi ini di benak, sampai merasa kecemasan mulai menghilang.
Meredakan Amarah dengan Humor
Humor di saat ‘panas’ dapat membantu menjaga perspektif yang seimbang. Hal ini tidak berarti Anda harus menertawakan masalah, tetapi melihatnya dengan cara yang lebih ringan.
Lain kali saat Anda merasakan kemarahan yang meluap-luap, bayangkan bagaimana skenario ini terlihat bagi orang luar? Bagaimana cara membuat hal ini menjadi lucu bagi mereka?
Dengan tidak menganggap diri terlalu serius, Anda akan memiliki lebih banyak peluang untuk melihat bagaimana gangguan kecil yang tidak penting berada dalam skema besar.
Ubah Lingkungan kita
Istirahatkan diri dengan mengambil waktu pribadi dari lingkungan sekitar. Misalnya, jika rumah Anda berantakan dan membuat stres, jalan-jalan saja dulu. Mungkin Anda akan lebih siap untuk memilah-milah kekacauan ketika sudah kembali.
Kenali Pemicu dan Temukan Alternatif
Jika perjalanan sehari-hari ke kantor meningkatkan amarah dan frustrasi, cobalah mencari rute alternatif. Atau, bisa juga pergi lebih awal untuk bekerja.
Tujuannya adalah untuk menunjukkan dengan tepat dan memahami hal-hal yang memicu kemarahan. Setelah bisa menyadarinya, Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk menghindarinya.
Jika Anda tidak yakin dari mana kemarahan berasal, coba mengingatkan diri untuk mengambil waktu sejenak saat merasa marah. Gunakan waktu ini untuk mencatat apa yang terjadi pada saat-saat perasaan marah datang dan penyebabnya.
Menghargai yang Sudah Terjadi
Meski memikirkan kemalangan kadang terasa seperti hal wajar dan menimbulkan amarah, hal itu tidak akan membantu dalam jangka pendek atau panjang. Sebaliknya, cobalah fokuskan kembali pada hal-hal yang berjalan dengan baik di hari itu sehingga emosi marah bisa diredam.
Tenangkan Hati di Tempat yang Nyaman
Jika sedang marah, alihkan perhatian pada sesuatu yang Anda sukai dan lupakan segala yang terjadi.
Tempat yang sunyi dan asri seperti taman, pantai, kebun, ruang santai, dan lain sebagainya mungkin jadi tempat yang cocok. Kalau emosi agak memuncak, rekreasi untuk penyegaran diri sangat dibutuhkan.
Lampiaskan kemarahan kita untuk hal-hal yang belum kita realisasikan. Sebagai contoh, sebelum marah ini, kita sempat berkeinginan memiliki blog dengan tingkat kunjungan yang tinggi, bahkan sangat tinggi. Nah, saat kemarahan itu datang, kita bisa salurkan kemarahan kita pada blog ini. Marahlah pada diri kita yang belum juga mampu memenuhi target traffic. Dari sini, biasanya akan muncul ide. Kita akan lupa dengan kemarahan tadi.
Nah ini yg suka sulit,nahan emosi/amarah yg gak terkendali, kalau di biarkan akan berbahaya dan merugikan diri, tapi kalau gak di lampiaskan juga takutnya mendem….memang melatih emosi atau amarah itu penting banget ya…
Iya mbak.. sangat penting bagi kita untuk bisa mengelola marah ini. Melatihnya agar sesuai dengan keinginan kita. Walau itu memang tidak mudah.. 🙂
“Jika sedang marah, alihkan perhatian pada sesuatu yang Anda sukai dan lupakan segala yang terjadi.” > cara yang tepat. Tapi pelaksanaannya sulit. He he ….
Haha.. iya bu. Butuh usaha ekstra, tapi bukan berarti tidak bisa. Ya’kaan?